Senin, 29 September 2008

Chapter 9

"Gemana Da, liburannya?,"
tanya Lisa teman baiknya
"Menghasilkan uang untuk gua hidup bertahun-tahun..,"
Jawab Nada tak acuh.
"Dasar lho, anak matre. Ngejenguk bapak sendiri kok malah ngarepin duit.,"
balas Lisa gemas.
"Masih ganteng nggak bokap lo? Masih jomblo gak"
Nada menggeleng sambil tersenyum geli. sejak 2 tahun lalu ketika masuk kuliah. Nada dan lisa sudah berteman akrab, dan Lisa lah yang pertama kali dia perlihatkan foto ayahnya dan sejuta kenagan di baliknya.
"Geli lo. emang lo mau ama bapak-bapak?"
"Tapi kan bokap lo ganteng.,"
ucap Lisa lagi dengan gaya genitnya
"Apa sih? Bokap gua udah punya pacar tahu. Cantik dan baik, mungkin bisa membaca bokap gua ke jalan yang benar.,"
jawab Nada sambil mnegunyah mie jawanya yang super pedas.
"Eh..lo tahu nggak. Lo punya saingan berat buat magang di Magenta dan Suradi Law Firm?,"
mendengar kata saingan Nada lagsung menjatuhkan sendoknya yang sudah hampir masuk ke mulutnya
"Siapa?,"
tanyanya penasaran
"Karen. Lo nggak bisa santai lagi buat wawancara minggu depan. Banyak yang ngejagoin dia lo."
"Ah biar gua nggak dijagoin, gua yakin bisa menang.,"
uangkap Nada sombong seperti biasanya.
"Di atas langit ada langit ,Da. sorry to say ya, dia lebih menarik dalam pembawaan dan public speaking."
"So? Yang pentingkan otaknya. Public speaking bsia dilatih lah. Lagian IP gua lebih tinggi dan gua yakin gua jaaauuuh lebih pintar. Gua bisa tetap santai"
ungkap Nada penuh percaya diri
"Oke kalo lo pikir kayak gitu. So perfect deh Karen itu."tambah Lisa dengan wajah iri memandang Karen yang duduk di sebrannya
"Ah nobody perfect. Banyak juga yang nggak suka sama dia.,"
"Iri apa nggak suka. Kalo gua sih jujur aja, gua iri.," balas Lisa lagi telak
"Apa sih?"
jawab Nada sinis
"Lw tahu nggak? Dia abis nolak cowok?,"
"Sapa? Gua nggak peduli juga. paling juga cowok-cowok bego yang cuman liat tampang ama style aja.,"
Lisa tak langsung menjawab, dia tersenyum penuh arti.
"Sapa sih? Gitam? Fero?"
Lisa menggeleng dengan senyum yang sama.
"Tuh orangnya dateng.,"
Nada menoleh dengan penu penasaran. Dan begitu matanya sampai pada tujuan, dada nya seakan mau meledak.
"Dama yang ngejar-ngejar Karen. Cowok yang lw suka selama bertahun-tahun. Masih menganggap dia bodoh?"
Nada hanya bisa menatap mie jawannya yang tinggal setengah. Hatinya miris ketika harus memaksa dirinya untuk mengakui betapa dia iri dan menginginkan kehidupan seorang Karen.
"Iri?,"
Nada menggeleng.
"Hati gua tuh penuh ketenangan. Gua nggak kenal sama kata-kata iri.,"
Lisa tertawa.
"Oke, sampai titik mana lw akan tahan dan teriak betapa lw kesel liat tangan Dama neglingker di leher Karena kaya gitu.,"
Lisa berkata sambil menunjuk ke arah Karen berada. Nada tak mau menoleh, dia pandangi muka Lisa dengan kesal dan marah.
"Ini yang gua bilang di atas langit masih ada langit. Nggak semua hal bisa lo dapetin. Makanya hati-hati. Gua kelas dulu ya. Dah,"
Lisa beranjak. Nada diam tapi di dalam jiwanya ada amarah yang tak lagi terbendung.

Tidak ada komentar: