Nada mengepak pakaiannya dan bersiap pulang kembali. Weekend nerakanya sudah dia selesaikan. Untuk terakhir kalinya dia pandangi kamar besar yang sudah dua hari dia tempati. Dan semoga benar-benar untuk terakhir kalinya, karena 5 tahun yang lalu ketika dia berpisah dan berharap tidak datang kembali ke kamar ini doanya, tidak terkabul
“Nada.,”
Sapa seseorang dari luar kamarnya.
“Masuk, tante.,”
Tante Andari masuk dan duduk di pinggir tempat duduk di sebelah Nada lalu memberikan sebuah buku tabungan.
“Terima Kasih tante.,”tante Andari menangguk.
“Kamu yakin, nggak mau lebih lama? Kita bisa jalan-jalan kemana pun kamu mau?,”
Nada tersenyum sambil menggeleng
“Wow sepertinya ayah agak menyebalakan ya buat kamu? Mau cerita, siapa tahu tante bisa bersiap-siap,”
Nada tertawa sambil menggeleng. Tante Andari adalah wanita 30an yang cerdas dan mapan tapi punys sisi polos yang unik. Memang wanita yang pantas untuk dikejar
“Nggak tante, aku nggak ada cerita. Aku nggak sedalam itu tahu tentang ayah. Maaf mengecewakan.,”
Jawab Nada sambil tersenyum, lalu memeluk tante Andari
“Makasih ya tante. Jaga ayah.,”
Tante Andari tersenyum lalu meninggalkan Nada sendiri di kamarnya. Setengah jam lagi dia kembali. Harusnya dia senang tapi ternyata dia harus tetap menahan air mata yang entah mengapa ingin turun menyusuri lekukan wajahnya.
Nada membuka buku tabungannya dan menemukan angka menakjubkan di sana. Sejumlah angka yang bisa langsung menyelesaikan urusannya. TApi sejumlah angka itu tak disangkal juga mengiris hatinya. Angka menakjubkan itu seperti cara papa berkata padanya “Jangan kembali paling tidak untuk lima tahu lagi”
Nada tidak berharap tinggal disini. Tidak berharap lebih dari yang terjadi weekend ini, tapi sekarang dia mulai menangis. Mungkin dia hanya ingin kehadirannya sedikit diharapkan oleh ayahnya.
Minggu, 21 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar