Mama pasti mau bertanya tentang ayah. Pertanyaanya selalu sama
“Apa selama ini ada yang pengen kamu tanyain ke mama?’
Nada tahu mama tak pernah bisa langsung pada sasaran kalau berbicara tentang ayah. Mama selalu ragu dan berbelit-belit dan diakhiri dengan tidak jadi bertanya apa-apa. Nada dan mama sama-sama tahu kalau mereka berdua benci membicarakan pria itu. Pria tidak bertanggung jawab, anak orang kaya yang tidak tahu bagaimana cara menjadi ayah tapi bisa-bisanya melakukan perbuatan yang menjadikan dia seorangayah.
Dalam hidupnya Nada, pertemuan dengan ayah, begitu biasa Nada menyapa pria itu bisa dihitung dengan jari dan semuanya selalu berjalan membosankan, menjemukan dan tak berkesan. Lebih mengerikan lagi di pertemuan terakhir, di ulang tahunnya ke 17 yang harusnya istimewa, dia melihat pria itu mengucapkan ulang tahun dengan muka mabuk dan ocehan tak karuan.
Sepertinya ayah Nada sama sekali tidak tahu kalau kesempatan di ulang tahun terspesial itu adalah kesempatan terkahir yang akan Nada berikan pada pria itu untuk bersikap sebagai seorang ayah yang dia inginkan. Melayanglah sudah kesempatan itu dan juga keinginan Nada untuk punya seorang ayah yang normal.
Dan setelah ulang tahun yang menyeramkan itu, tidak ada lagi pembicaraan tentang papa. Sama sekali tidak ada, juga pertemuan dan percakapan apapun. Papa lupa dengan Nada sama seperti Nada lupa pada papa. Dan mama tahu Nada tak ingin diingatkan lagi
Gadis berusia 20 tahun itu tahu benar cita-cita terbesar mama adalah menjadikan Nada sepintar mungkin dan sesukses mungkin supaya Nada tidak mengekori kegagalam mama dulu. Dan untuk itu mama bisa melakukan apapun termasuk menyuruh Nada meminta uang itu kepada ayahnya.
Mengemis uang lebih dari uang yang biasa dikirim kepada orang yang paling dia benci. Selalu begitu ketika Nada berusia 13 tahun dan mama kesuliatn uang sedangkan beliau harus memasukkan putrinya itu ke SMP yang paling bergengsi. Nada harus menghabiskan akhir minggu di rumah papa, merasa bosan karena ternyata sama sekali tidak bertemu dengan si pemilik rumah dan akhirnya diusir secara halus sambil membawa uang lebih untuk masuk SMPnya.
Dan dia sudah muak untuk melakukan hal itu lagi. Kebencian itu sudah mencekat kerongkongannya.
“Tok..tok”
Nada tahu itu mama. Dia masukkna kepalanya kembali ke dalam selimutnya. Nada kira sang mama akan pergi ternyata mama langsung membuka pintunya dan mendekati tempat tidurnya
“Nada, kamu mau ngobrol tentang ayah?,
Yah,,pikiran Nada benar. Dia harus kembali menjadi mengemis dan bertemu ayah yang luar biasa dia benci
Selasa, 09 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar