Senin, 08 September 2008

Chapter 3

Aku tak bisa melakukan apapun kecuali berpasrah melihat muka mama yang semakin malam semakin pucat meliaht angka-angka yang dia hitung berjam-jam itu. Hampir tengah malam aku sudah tidak tahan lagi melihat kesibukan mama itu, aku tahu seberapa lama pun angka itu dihitung tidak akan ada yang berubah.
“Ma?,”
Mama tidak menjawab, beliau hanya menatap kosong tulisan-tulisannya sendiri. Nada melanjutkan
“Ma, aku bisa usahakan kok dapet bea siswa. Mama nggak usah khawatir aku bisa kok menguragi beban mama.,”
Mama masih diam tapi kali, Nada mengusap lengan mama lembut.
“Ma, jangan merasa bersalah. Kita bisa hadapi ini berdua. Ok?”
Kali ini mama mengangguk pelan
“Ya udah. Kamu nggak usah khawatir. Biar mama yang urus. Tidur sana!”
Nada mengangguk dan beranjak ke kamarnya.
“Nada!”panggil mama tiba-tiba ketika Nada mulai melangkahkan kakinya
“Apa Ma?,”
“Apa selama ini ada yang pengen kamu tanyain ke mama?”
“Tanyain? Apa misalnya?,”Tanya Nada tidak mengerti
“Tentang sesuatu?”Tanya mama lagi mengambang. Tapi Nada mulai mengerti arah tujuan pertanyaan mama.
“Apa?”Tanya Nada lagi ingin mama memperjelas pertanyaannya
Mama terdiam. Nada tahu apa yang mama mau tanyakan padanya tapi dia tidak mengerti kenapa mama ingin menayakan soal itu.
“Nggak ada, Ma.,”
Lalu gadis itu kembali berjalan ke kamarnya. Di balik selimut hangatnya dia masih memikirkan apa yang ada di kepala mama untuk menyelesaikan persoalan keuangan ini. Jantungnya berdegub kencang. Mama bisa melakukan apa saja untuk membuat Nada tetap kuliah di universitas terbaik.
Nada terus berpikir sampai langkah mama mendekati kamarnya, dia langsung bersembunyi di balik selimut hangatnya. Malam ini dia tidak sanggup mendengarkan apapun.
Dia berusaha untuk tidur secepatnya.

Tidak ada komentar: