Nada duduk di restoran mewah yang sudah disiapkan papa. Tempatnya lumayan enak, sama seperti restoran-restoran kesukaan papa. Menunya pasti mahal! Suasananya tenang, semua yang datang terlihat sibuk dengan aksesorinya yang banyak dan mengkilat itu dan bagi Nada yang paling menyeblakan adalah muka sombong yang melekat di wajah rang-orang itu.
Nada melihat kembali jam di tangannya, ini sudah lebih dari 15 menit dari jam yang sudah dijanjikan papa. Nada menggosok tangannya yang basah ke gaun pendek sederhan tapi manis yang dia kenakan. Ternyata walaupun hatinya penuh emosi, ketegangan itu tetap ada. Ini pertemuan pertama setelah bertahun-tahun yang lalu.
Nada menatap penuh harap ke pintu masuk dan satu menit kemudian jantungnya terasa berhenti ketika dilihata ayah masuk dengan senyum yang mengembang. Ayah tetap sama, tinggi, tegap dan selalu bisa menarik perhatian orang-orang. Apalagi di usia 40 an, seorang duda kaya yang tampan itu pastilah idaman banyak wanita.
“Nada.,”
Sapa ayah begitu sampai di mejanya. TIdak ada pelukan, ciuman atau sentuhan hangat seorang ayah kepada anaknya. Hanya ada senyuman lembut. Walau tidak pernah mengharapkan apapun lagi dari ayah, rasanya sedikit kekecewaan sempat terbit di hatinya
“Maaf ya ayah terlambat. O iya kenalin dulu ini, tante Andari.”
Ternyata ayah tidak sendiri, saking terpana Nada melihat ayahnya setelah bertahun-tahun dia tak menyedari kehadiran satu lagi wanita di sana. Wanita metropolitan muda usia sekitar 30an. Tanpa harus bertanya dia tahu sebagai apa kehadiran wanita itu di samping ayah. Bertambah lagi kekecewaan Nada.
“Maaf ya Nada, ayah kamu nih emang lelet, padahal udah tante buru-buru. MArahain aja ya?,”
Ledek tante Andari sambil melirik manja ka ayah. Adegan yang hampir membuat Nada mau muntah. Wajah Nada tidak berubah, tetap dingin seperti tadi awal dia melihat ayah datang. Sektika semuanya hening, terlihat Nada membuat keadaan sangat canggung. TIdak ada umpan balik yang lebih dari 5 kata dari setiap obrolan riang yang diucpakan tante Andari atau ayah. Nada hanya berbicara agak panjag saat memesan makanan, karena begitu banyak pertanyaan yang diungkapkannya sampai si pelayan kesal sendiri.
“Nada? Kamu marah sama ayah gara-gara nunggu lama?,”
Nada mengeleng lalu memainkan pisau dan garpu yang ada di meja. Terlihat sangat tidak sopan dan berisik sekali.
“Nada jangan dimain-mainin alat makannya, nanti kotor.,”
Tegur ayah lagi. Lalu karena tidak ada yang bisa digerakkan lagi, Nada hanya berpaku tangan lalu menatap kosong ke kejauhan.
“Nada. tante sama ayah minta maaf karena bikin pertemuan pertama ini jadi menyebalkan. Mustinya kami minta saran ke tempat yang kamu suka. KAmu mau pindah tempat?,”
Tante Andari berbicara sambil memegang lembut tangan Nada. Dia tahu bahwa wanita itu adalah bakal calon ibu tirinya, tapi tante Andari sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kelicikan ibu tiri di wajahnya seperti yang selalu terlihat di sinetron-sinetron. Memang Nada membenci pertemuan ini tapi sikap manis wanita di depannya itu cukup meluluhkan hati.
Nada menegakkan kembali tubuhnya, mencoba bersikap lebih baik. Dia putar otaknya mencari tempat yang ingin dia kunjungi, tapi begitu terpikir dan baru mau terucap, ayah sudah mendahului.
“Kenapa harus pindah? Tempatnya enak kok. Kita makan di sini aja, nanti kapan-kapan Nada yang pilih tempatnya.,”
Ucap ayah ringan.
“Oh ya. Nada ini restoran favorite ayah, kamu jangan bikin malu ya, nanti ayah malu kalo dateng ke sini lagi.,”
Sekejap Nada tak bisa berkata-kata, dia pandangi wajah ayahnya dengan kesal.
“Baik Tuan Boss!”
Balasnya ketus. Lalu kembali bertopang dagu dan menghayal jauuuh,jauuuh sekali sampai ke rumahnya dan mama. Semoga waktu bisa dipercepat, semua ini bisa berakhir dan dia bisa menjalani kehidupan normalnya dengan mama
Kamis, 18 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar