Rabu, 03 September 2008

Chapter 2

“Mama dipecat?,”
Mama mengangguk pelan sambil menyesap kopi panas yang putrinya buatkan.
“Lagi?”
Kali ini hanya helaan napas yang terdengar. Nadapun hanya bisa melakukan hal yang sama. Nada tak pernah habis pikir bagaimana mungkin seseorang bisa dikeluarkan begitu sering dari pekerjaannya. Bahkan pekerjaan yang paling terkahir ini adalah yang paling mudah.
“Mama ngapain emangnya?,”tanya Nada penasaran
“Baru sebulan kerja mama udah mecahin 10 piring.,”
“Ya udah terus gemana?,”
Mama menggeleng, lalu melenggak meninggalkan putrinya yang penasaran menuju ke kamarnya sambil berkata.
“Mungkin mama perlu bermeditasi beberapa lama. Mama harus cari ilham untuk tahu bagaiamna membayar uang kuliah kamu semester depan.,”
Ketakutan mama ini sama dengan ketakutan Nada. Walaupun Nada sudah kuliah di univeristas negeri terkemukan yang pastinya lebih murah tapi keuangan keluarganya tetap tidak bisa mengakomodasi beban itu. Nada sudah sudah berjuang mendapatkan beasiswa walau belum berhasil. Pernah juga Nada menawarkan diri untuk bekerja saja daripada kuliah. Tapi mama berkeras bahwa Nada harus kuliah setinggi mungkin di universitas terbaik. Walau kadang belaiu sendiri sudah kebingungan mencari dana sampai kemana
Pekerjaan penulis freelance di majalah yang sudah mulai kurang sukses dan berbagai side job lain yang juga kurang sukses dari guide tour sampai pramu saja, ada saja kesalahan yang dilakukan mama. Tapi mama memang berharap sangat tinggi untuk masa depan Nada
Kadang Nada berharap
“Andai saja aku orang kaya.,”
Dan masalah seerti ini tidak akan jadi masalah yang terus saja terulang

Tidak ada komentar: